Republik Demokratik Congo (Democratic Republic of the Congo), dahulu terkenal dengan sebutan Zaire, Congo Free State, Belgian Congo, Congo/Leopoldville atau Congo/Kinshasa, untuk selanjutnya disingkat RDC. Ada dua hal yang membuat negara ini ‘mendunia’, yaitu ketika Joseph Mobutu Sese Seko menguasai negara tersebut secara diktator selama kurang lebih 32 tahun (1966-1998) dan ketika petinju legendaris Muhammad Ali bertarung melawan George Foreman pada tahun 1974, di mana Muhammad Ali memenangkan pertarungan keras tersebut.
RDC
negara dengan luas seperempat Amerika Serikat, berbatasa dengan banyak
negara, antara lain Angola, Burundi, Rwanda, Republik Afrika Tengah,
Republik Congo, Sudan, Tanzania, Udanda dan Zambia. Luas wilayah RDC
adalah 2.345.410 km2, beriklim unik: tropis, panas dan kering di
sebelah utara, serta dingin di daerah selatan (pegunungan). Negara ini
mempunyai penduduk cukup besar, yaitu sekitar 60.085.804 jiwa, dengan
angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,98% per-tahu, angka kelahiran rata
44,38 per-1000 dan angka kematian 14,43 per-1000. Ada sekitar 200
etnik di RDC, namun suku terbesar adalah Bantu yang terbagi dalam sub
suku Mongo, Luba, Kongo dan Mangbetu-Azande. Mayoritas masyarakat RDC
penganut agama Katholik (50%), Protestan (25%), Kimbanguist (10%) dan
Islam menjadi minoritas (10%). Bahasa nasional mereka adalah Perancis,
di samping ada bahasa lokal Lingala, Kiswahili, Kikongo dan Tshiluba.
Ekonomi
RDC
sebenarnya sebuah negara yang dikaruniai Allah s.w.t. potensi kekayaan
yang sangat luas, khususnya suberdaya alam. Namun potensi kekayaan ini
berubah drastis sejak tahun 1980-an, karena korupsi dan sebagainya.
Kondisi ini semakin parah ketika terjadi perang saudara yang dimulai
sejak tahun 1998 dan menewaskan tidak kurang 3,5 juta penduduk (perang,
kelaparan dan penyakit). Perang juga mengakibatkan ketidakpastian
hukum dalam bisnis, akibatnya banyak investor yang hengkang keluar RDC.
Sumberdaya manusia yang bermutu pun semakin banyak yang lari ke luar
negeri, dan akibatnya fatal bagi RDC. Akhirnya pada tahun 2002, IMF dan
Bank Dunia turun tangan memberikan bantuan, dan pemerintah RDC harus
mengimplementasikan dalam bentuk reformasi ekonomi.
Jumlah
angkatan kerja cukup banyak, sebagian besar (55%) diserap pertanian,
industri 11% dan jasa 34%. Ekonomi tumbuh sebesar 7,5%, namun inflasi
mencapai 14%, dan income per-kapita hanya mencapai US $ 700,-. Hasil
tambang RDC meliputi berlian, emas, perak, seng, kobalt, tembaga,
minyak, uranium, timah, mangaan, batubara, kayu dan hidropower.
Sedangkan hasil pertaniannya berkisar pada kopi, gula, minyak nabati
(sawit), karet, teh, tapioca, pisang, jagung, buah-buah dan produk
kayu.
Komoditi
yang diekspor meliputi berlian, tembaga, minyak sawit, kopi dan
kobalt, senilai US $ 1,417 milyar, dengan negara tujuan Belgia,
Finlandia, Amerika Serikat dan Cina. Sedangkan komoditi importnya
adalah makanan, mesin untuk pertambangan, peralatan transportasi dan
produk minyak senilai US $ 933 juta, berasal dari Afrika Selatan,
Belgia, Perancis, Kenya, Amerika Serikat dan Jerman (Indonesia belum
termasuk di dalamnya). Mata uang RDC adalah Congolese France (CDF)
dengan nilai US $1,- = 401,04 CDF.
Sejarah
Pemerintahan
RDC
beribukota di KINSHASA (d/h Leopoldville),
terbagi dalam 10 propinsi, memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada
tanggal 30 Juni 1960.
Gelombang
migrasi pertama di RDC dilakukan oleh suku Bantu Negro (Bantu/Pygmi)
pada tahun 200 sampai dengan tahun 500 sebelum Masehi. Pada abad ke-5
Masehi, pembentukan masyarakat Bantu mulai berkembang di tepian sungai
Lualaba di propinsi Katanga, membentuk suatu kebudayaan yang dikenal
dengan Upemba, dan pada akhirnya membentuk kerajaan Luba
sampai dengan abad ke-15. Kerajaan Luba digantikan dengan kerajaam Kuba,
konfederasi dari suku Luba, Leele dan Wongo hingga abad ke-19. Pada
abad ke-15 di sekitar RDC juga berdiri Kerajaan Kongo yang meliputi
sebelah barat daya RDC, Anggola dan Kabinda. Kerajaan ini memanfaatkan
jual beli budak kepada bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa
Eropa mulai melakukan eksplorasi di RDC pada tahun 1870 hingga tahun
1960. Orang Eropa pertama yang berjasa memetakan RDC adalah Henry
Morton Stanley (Inggris) yang mendapatkan sponsor dari Raja Leopold II
(Kerajaan Belgia). Pada akhirnya Belgia berhasil menguasai RDC dan
memberikan nama Congo Free State. Oleh pemerintah kolonial
Belgia, pada tahun 1908, nama Congo Free State diganti menjadi Belgian
Congo. Belgia berjasa besar bagi RDC karena berhasil mengusir
Italia, namun Belgia juga secara licik menjual hasil tambang ‘uranium’
RDC kepada Amerika Serikat, dan urnium tersebut diproses menjadi bom
atom oleh Amerika Serikat, selanjutnya pada Perang Dunia Kedua tahun
1945 berhasil digunakan untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki
Jepang.
Berkat
kegigihan dan perjuangan bangsa RDC untuk memisahkan diri dari Belgia,
maka pada tanggal 30 Juni 1960, RDC memperoleh
kemerdekaannya, Joseph Kasavubu diangkat
sebagai Presiden, sedangkan Patrice-Emery Lumumba (dari
suku Batatele) diangkat sebagai Perdana Menteri. Beliaulah yang
berjuang secara gigih untuk memerdekakan RDC, dan menamakan RDC sebagai
Congo-Leopoldville. Namun pada perjalanan kariernya, Lumumba menjadi
perpanjangan tangan (boneka) Uni Soviet, sehingga sangat dibenci
Amerika Serikat. Akhirnya Lumumba disingkirkan. Krisis semakin
menjadi-jadi, sehingga tentara multinasional PBB diminta untuk menjadi
penengah. Tahun 1964, Morse Tshombe diangkat sebagai Perdana Menteri,
dan pada pemilu tahun 1965, Tshombe memenangkannya, namun dikudeta oleh
Letnan Jendral Mobutu Sese Seko, pada
gilirannya, beliau mendeklarasikan diri sebagai Presiden. Setelah
Mobutu berkuasa, RDC relativ damai dan stabil. Namun Mobutu dianggap
oleh HAM internasional banyak melakukan praktek pelanggaran hak azasi
manusia, repressif dan korup (mempunyai account di bank Swiss sebesar
US $ 4 milyar). Pada awal kekuasaannya, Mobutu merubah nama ibukota
Leopoldville menjadi Kinshasa, Stanleyville menjadi Kisangani dan
Elisabethville menjadi Lubumbashi. Dan puncaknya pada tahun 1971,
Mobutu merubah Congo-Leopoldville menjadi Republic of Zaire.
Seiring hancurnya Uni Soviet pada tahun 1990-an, Mobutu melonggarkan
pemerintahannya, dan para opposan mendesak adanya perubahan.
Pada
tahun 1996, meletuslah perang saudara di Zaire yang menewaskan jutaan
manusia, dan pada akhirnya pemberontak yang dikomandoi oleh Laurent-Disire
Kabila berhasil menguasai Zaire pada bulan Mei 1997, dan
merubah nama Republik of Zaire menjadi Democratic Republic
of The Congo. Walaupun Laurent Kabila telah berkuasa,
pemberontakan tetap terjadi di RDC. Para pemberontak didukung oleh
Rwanda, Burundi dan Uganda, pada akhirnya mengundang pasukan penjaga
perdamaian yang beranggotakan Zimbabwe, Angola, Namibia, Chad dan
Sudan. Pada tanggal 10 Juli 1999 diadakan gencatan senjata, dan
berakhirlah perang saudara di RDC. Pada bulan Januari 2001, Laurent
Kabila dibunuh oleh pengawalnya sendiri, dan putra beliau
Joseph Kabila diangkat sebagai Presiden RDC yang baru.
Pada pemerintahan Joseph Kabila, perdamaian benar-benar terjadi, karena
adanya pembagian kekuasaan dan perdamaian dengan negara-negara
tetangga, yaitu Rwanda, Burundi dan Uganda.
Perkembangan
Islam di RDC
Tidak
berbeda dengan Islam di Republik Afrika Tengah (RAT), ditengarai Islam
masuk di RDC bersamaan ketika Islam masuk Chad pada abad ke-11,
tepatnya ketika Kerajaan Kanem-Borno di bawah kendali Umme-Jilmi
pada tahun 1085-1097. Tidak ada petunjuk khusus, siapa yang berjasa
membawa Islam ke RDC.
Namun
secara diam-diam, Islam berkembang secara signifikan di RDC. Gamal
Lumemba Ramadan, Ketua Congolese National Islamic
Council (CNIC) menyatakan bahwa Islam di RDC sebenarnya berjumlah 25%
(15 juta) dari seluruh penduduk RDC yang berjumlah sekitar 60 juta
orang, bukan 10% sesuai data resmi pemerintah maupun CIA Worldfact.
Ummat
Islam di RDC tetap berjuang untuk menegakkan Islam agar tetap diakui
dan diperhatikan pemerintah, mereka menginginkan kondisi hidup yang
lebih baik. Walaupun mempunyai pengikut besar, sampai saat ini,
pemerintah RDC secara resmi belum mengakui keberadaan dan keikutsertaan
mereka dalam peran-peran penting, baik dalam pemerintahan atau negara.
Di level pemerintahan pun, ummat Islam di RDC sungguh menderita.
Bayangkan dari 450 anggota parlemen hanya diwakili 3 (tiga) orang
Islam. Tidak ada satu pun di RDC ummat Islam yang direkrut menjadi
menteri, deputi menteri atau pun gubernur (bandingkan dengan
Indonesia).
Ummat
Islam di RDC masih kekurangan masjid, sekolah-sekolah Islam dan
al-Qur’an. Tentu saja hal ini menjadi alarm bagi ummat Islam di seluruh
dunia. Di Kinshasa hanya terdapat 14 masjid kecil untuk melayani
950.000 jama’ah, dan di seluruh negara hanya mempunyai 380.000 masjid
dengan luas wilayah lebih dari 2 juta km2.
Yang
paling menakutkan bagi para pemimpin Islam di RDC adalah, karena
ketiadaan sekolah-sekolah Islam, maka mereka terpaksa menyekolahkan
anak-anak mereka pada sekolah-skeolah Katholik dan Kristen, dan tentu
saja ini membahayakan keimanan mereka. Lebih menggenaskan lagi, karena
ketiadaan biaya, mereka drop-out pada tingkat SLTP. Oleh karena itu,
Ramadan menghimbau negara Arab dan masyarakat Islam internasional agar
segera turun tangan memberikan bantuan.
Ketika
terjadi perang saudara tahun 1997-1998, banyak orang Islam yang
terbunuh, apalagi ketika Rwanda, Burundi dan Ugunda menyerbu RDC,
mereka banyak membunuh orang-orang Islam.
Tokoh
muslim lain di RDC adalah Al-Haj Mudilo-wa-Malemba S.
(mantan Ketua CNIC) menyatakan bahwa dalam situasi sulit, ummat Islam
di RDC masih bersemangat untuk menjadi khatib, guru dan pembimbing
Islam bagi mereka yang membutuhkan. Malemba juga menyatakan bahwa ummat
Islam di RDC tidak mempunyai fasilitas infrastruktur secara mandiri
seperti rumah sakit, pusat kesehatan, universitas, maupun
sekolah-sekolah.
Dalam kesempatan
konperensi pers, baik Malemba maupun Ramadan menyatakan bahwa secercah
harapan masih diperoleh oleh ummat Islam di RDC. Secercah harapan
tersebut diperoleh dari mass media, baik Radio maupun Televisi. Radio
yang berjumlah 23 stasiun maupun televisi yang berjumlah 5 stasiun
memberikan kesempatan (mengizinkan) seluas-luasnya kepada ummat Islam
untuk menyampaikan dan mengembangkan dakwahnya di seluruh RDC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar