Pages

Pages - Menu

Rabu, 13 November 2013

Dibayar Rendah, Buruh Bangladesh Berontak

DHAKA - Para buruh industri garmen Bangladesh dilaporkan terlibat kericuhan dengan kepolisian setempat, setelah pihak kepolisian mencoba membubarkan aksi protes para buruh yang menuntut kenaikan upah. 50 orang dilaporkan terluka.
Selama dua hari ini, buruh garmen Bangladesh memilih mogok kerja dan mengakibatkan 200 pabrik garmen harus berhenti beroperasi. Dalam protes besarnya para buruh menuntut kenaikan upah sekira Rp766 ribu. Sebelumya para buruh ini diupah sebesar Rp383 ribu.
Ini bukanlah tuntutan kenaikan upah pertama yang diteriakan buruh garmen Bangladesh sebelum ini mereka meminta kenaikan upah menjadi sekira Rp1.160 juta perbulan. Untuk memuluskan jalan mereka, para buruh turun ke jalanan daerah industry Ashulia di pinggiran kota Dhaka.
Sambil meneriakan tuntutannya, mereka melempari petugas keamanan dengan batu sembari mencoba merusak pabrik tempat para buruh berkerja. Demi meredakan aksi buruh yang semakin menggila, polisi sampai menembakan gas air mata dan menembakan peluru karet.
Tuntutan para buruh, didasari kenyataan bahwa Bangladesh adalah negera kedua terbesar setelah China dalam industri garmen tetapi mereka dibayar tidak sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan.
Seperti dilansir Voice of America (VOA), Rabu (13/11/2013), perwakilan dari buruh mengaku bahwa upah buruh garmen di Vietnam lebih besar dibanding buruh Bangladesh.
Disamping permintaan kenaikan upah, buruh turut meneriakan mengenai keselamatan kerja. Tuntutan tersebut didasari oleh runtuhnya pabrik garmen di Bangladesh di bulan April lalu dan menewaskan lebih dari 1.100 pekerja.
Kelompok aktivis Bangladesh meyakini aksi yang dilakukan buruh Bangladesh turut ditujukan kepada para pembeli hasil garmen Bangladesh dari Barat. Sehingga bila para pembeli peduli dengan nasib para buruh keinginan mereka untuk mendapat upah lebih layak bisa terkabul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar