Senin, 10 Desember 2012

Vatikan Akhirnya Akui, Islam Berada di Posisi Teratas di Dunia



Meskipun kampanye negatif terhadap Islam masiv dilakukan, dan sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk mendakwahkan agama Kristen, namun justru kini Islam berada pada posisi teratas di dunia. Posisi teratas dari segi jumlah sedunia itu bukan lagi diduduki pihak gereja.
Benarlah firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ  [آل عمران/100]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS Ali ‘Imeran; 100).
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
 Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (QS Ash-Shaff/61: 8).
Inilah beritanya.
***
Vatikan Akhirnya Akui Islam Menjadi Agama Terbesar di Dunia
Kota Vatikan, markas besar Gereja Katolik Roma, akhirnya mengakui bahwa Islam sekarang telah menjadi agama terbesar di dunia.
“Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita tidak lagi berada di posisi teratas: umat Islam telah menyusul kami,” kata Monsignor Vittorio Formenti dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Vatikan L’Osservatore Romano.
Setelah menunggu lama secara resmi Vatikan akhirnya mengakui bahwa Islam adalah agama yang paling lazim di dunia, dan melewati kristen lebih dari tiga juta di seluruh dunia selama hampir setahun yang lalu, dan menjadi agama yang banyak dianut oleh warga barat menurut pernyataan Vatikan, karena jumlah Muslim di dunia telah melampaui 1,3 miliar jiwa.
Vatikan mencatat adanya permintaan yang luar biasa oleh warga Barat Kristen dan Yahudi serta agama-agama dan kepercayaan lain untuk masuk Islam dalam beberapa tahun terakhir, meskipun kampanye negatif terhadap Islam masiv dilakukan, dan sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk mendakwahkan agama Kristen.(fq/iqra)
ERAMUSLIM > DUNIA
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/vatikan-akhirnya-akui-islam-menjadi-agama-terbesar-di-dunia.htm
Publikasi: Jumat, 30/12/2011 16:13 WIB
***
Walau mereka mengakui Islam agama terbesar, tetapi tetap mendustakannya dan ingin memurtadkan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ  [آل عمران/100]
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS Ali ‘Imeran; 100).
117) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآَيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (118) هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (119) إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ  [آل عمران/118-120]
118. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
119. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, Padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada Kitab-Kitab semuanya. apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.
120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS Ali ‘Imra: 118-120).
إِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (6) وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (7) يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ  [الصف/6-8]
6. Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.
8. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (QS Ash-Shaff/61: 6-8).
Nasib mereka di akherat bila tetap tidak mau masuk islam, maka kekal di neraka.
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ [البينة/6]
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Qs Al-Bayyinah/98: 6).
Al-Jazairi dalam tafsinya, Aisarut Tafasir menjelaskan:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab, artinya mereka adalah orang-orang yahudi dan nasrani yang kafir terhadap Islam, nabinya (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, red) dan kitabnya (al-Qur’an, red).
Mereka itu di dalam neraka jahannam kekal di dalamnya. Ini adalah hukum Allah kepada mereka karena kekafiran mereka terhadap kebenaran dan berpalingnya mereka darinya setelah datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran). (lihat Aisarut Tafasir Liljazaairi).
Hal itu masih dikjelaskan pula,  dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
{ وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِاَلَّذِي أُرْسِلْت بِهِ إلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ }
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidak ada seorangpun dari umat manusia yang mendengar kerasulanku, baik ia seorang Yahudi maupun Nasrani lalu mati dalam keadaan belum beriman kepada ajaran yang kubawa melainkan ia pasti termasuk penduduk Neraka.”  (HR Muslim).

Selasa, 04 Desember 2012

Islam: Agama yang Berkembang Paling Pesat di Eropa


Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001.
Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur’an, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa “serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia”, dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam.
Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa
Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar “kedudukan kaum Muslim di Eropa” dan “dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim.” Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim.
Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul “Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa” membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja.

Gereja Katolik dan Perkembangan Islam
Gereja Katolik Roma, yang berpusat di kota Vatican, adalah salah satu lembaga yang mengikuti fenomena tentang kecenderungan perpindahan agama. Salah satu pokok bahasan dalam pertemuan bulan Oktober 1999 muktamar gereja Eropa, yang dihadiri oleh hampir seluruh pendeta Katolik, adalah kedudukan Gereja di milenium baru.

Tema utama konferensi tersebut adalah tentang pertumbuhan pesat agama Islam di Eropa. The National Catholic Reporter melaporkan sejumlah orang garis keras menyatakan bahwa satu-satunya cara mencegah kaum Muslim mendapatkan kekuatan di Eropa adalah dengan berhenti bertoleransi terhadap Islam dan umat Islam; kalangan lain yang lebih objektif dan rasional menekankan kenyataan bahwa oleh karena kedua agama percaya pada satu Tuhan, sepatutnya tidak ada celah bagi perselisihan ataupun persengketaan di antara keduanya. Dalam satu sesi, Uskup Besar Karl Lehmann dari Jerman menegaskan bahwa terdapat lebih banyak kemajemukan internal dalam Islam daripada yang diketahui oleh banyak umat Nasrani, dan pernyataan-pernyataan radikal seputar Islam sesungguhnya tidak memiliki dasar.
Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen. Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat ini: 3,2 juta di Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis, dan selebihnya tersebar di bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka ini mewakili lebih dari 2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.

Kesadaran Beragama di Kalangan Muslim Meningkat di Eropa
Penelitian terkait juga mengungkap bahwa seiring dengan terus meningkatnya jumlah Muslim di Eropa, terdapat kesadaran yang semakin besar dalam menjalankan agama di kalangan para mahasiswa. Menurut survei yang dilakukan oleh surat kabar Prancis Le Monde di bulan Oktober 2001, dibandingkan data yang dikumpulkan di tahun 1994, banyak kaum Muslims terus melaksanakan sholat, pergi ke mesjid, dan berpuasa. Kesadaran ini terlihat lebih menonjol di kalangan mahasiswa universita
Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa asing di tahun 1999, majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam 50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam.

Islam adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Eropa
Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya baru-baru ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Eropa.
Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan menuju terang-benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak bidang lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun.

Bersatu pada Pijakan Bersama: “Monoteisme”
Perkembangan Islam juga tercerminkan dalam perkembangan dialog antar-agama baru-baru ini. Dialog-dialog ini berawal dengan pernyataan bahwa tiga agama monoteisme (Islam, Yahudi, dan Nasrani) memiliki pijakan awal yang sama dan dapat bertemu pada satu titik yang sama. Dialog-dialog seperti ini telah sangat berhasil dan membuahkan kedekatan hubungan yang penting, khususnya antara umat Nasrani dan Muslim. Dalam Al Qur’an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa kaum Muslim mengajak kaum Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi) untuk bersatu pada satu pijakan yang disepakati bersama:

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Ali ‘Imran, 3: 64)
Ketiga agama yang meyakini satu Tuhan tersebut memiliki keyakinan yang sama dan nilai-nilai moral yang sama. Percaya pada keberadaan dan keesaan Tuhan, malaikat, Nabi, Hari Akhir, Surga dan Neraka, adalah ajaran pokok keimanan mereka. Di samping itu, pengorbanan diri, kerendahan hati, cinta, berlapang dada, sikap menghormati, kasih sayang, kejujuran, menghindar dari berbuat zalim dan tidak adil, serta berperilaku mengikuti suara hati nurani semuanya adalah sifat-sifat akhak terpuji yang disepakati bersama. Jadi, karena ketiga agama ini berada pada pijakan yang sama, mereka wajib bekerja sama untuk menghapuskan permusuhan, peperangan, dan penderitaan yang diakibatkan oleh ideologi-ideologi antiagama. Ketika dilihat dari sudut pandang ini, dialog antar-agama memegang peran yang jauh lebih penting. Sejumlah seminar dan konferensi yang mempertemukan para wakil dari agama-agama ini, serta pesan perdamaian dan persaudaraan yang dihasilkannya, terus berlanjut secara berkala sejak pertengahan tahun 1990-an

Kabar Gembira tentang Datangnya Zaman Keemasan

Dengan mempertimbangkan semua fakta yang ada, terungkap bahwa terdapat suatu pergerakan kuat menuju Islam di banyak negara, dan Islam semakin menjadi pokok bahasan terpenting bagi dunia. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak menuju zaman yang sama sekali baru. Yaitu sebuah zaman yang di dalamnya, insya Allah, Islam akan memperoleh kedudukan penting dan ajaran akhlak Al Qur’an akan tersebar luas. Penting untuk dipahami, perkembangan yang sangat penting ini telah dikabarkan dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu:

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (QS. At Taubah, 9: 32-33)

Tersebarnya akhlak Islami adalah salah satu janji Allah kepada orang-orang yang beriman. Selain ayat-ayat ini, banyak hadits Nabi kita SAW menegaskan bahwa ajaran akhlak Al Qur’an akan meliputi dunia. Di masa-masa akhir menjelang berakhirnya dunia, umat manusia akan mengalami sebuah masa di mana kezaliman, ketidakadilan, kepalsuan, kecurangan, peperangan, permusuhan, persengketaan, dan kebobrokan akhlak merajalela.  Kemudian akan datang Zaman Keemasan, di mana tuntunan akhlak ini mulai tersebar luas di kalangan manusia bagaikan naiknya gelombang air laut pasang dan pada akhirnya meliputi seluruh dunia. Sejumlah hadits ini, juga ulasan para ulama mengenai hadits tersebut, dipaparkan sebagaimana berikut:

Selama [masa] ini, umatku akan menjalani kehidupan yang berkecukupan dan terbebas dari rasa was-was yang mereka belum pernah mengalami hal seperti itu. [Tanah] akan mengeluarkan panennya dan tidak akan menahan apa pun dan kekayaan di masa itu akan berlimpah. (Sunan Ibnu Majah)
… Penghuni langit dan bumi akan ridha. Bumi akan mengeluarkan semua yang tumbuh, dan langit akan menumpahkan hujan dalam jumlah berlimpah. Disebabkan seluruh kebaikan yang akan Allah curahkan kepada penduduk bumi, orang-orang yang masih hidup berharap bahwa mereka yang telah meninggal dunia dapat hidup kembali. (Muhkhtasar Tazkirah Qurtubi, h. 437)
Bumi akan berubah seperti penampan perak yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan … (Sunan Ibnu Majah)
Bumi akan diliputi oleh kesetaraan dan keadilan sebagaimana sebelumnya yang diliputi oleh penindasan dan kezaliman. (Abu Dawud)
Keadilan akan demikian  jaya sampai-sampai semua harta yang dirampas akan dikembalikan kepada pemiliknya; lebih jauh, sesuatu yang menjadi milik orang lain, sekalipun bila terselip di antara gigi-geligi seseorang, akan dikembalikan kepada pemiliknya… Keamanan meliputi seluruh Bumi dan bahkan segelintir perempuan bisa menunaikan haji tanpa diantar laki-laki.  (Ibn Hajar al Haitsami: Al Qawlul Mukhtasar fi `Alamatul Mahdi al Muntazar, h. 23)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, Zaman Keemasan akan merupakan suatu masa di mana keadilan, kemakmuran, keberlimpahan, kesejahteraan, rasa aman, perdamaian, dan persaudaraan akan menguasai kehidupan umat manusia, dan merupakan suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan. Dalam hadits-haditsnya, Nabi kita SAW mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang di Akhir Zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur’an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia
Kebangkitan Islam yang sedang dialami dunia saat ini, serta peran Turki di era baru merupakan tanda-tanda penting bahwa masa yang dikabarkan dalam Al Qur’an dan dalam hadits Nabi kita sangatlah dekat. Besar harapan kita bahwa Allah akan memperkenankan kita menyaksikan masa yang penuh berkah ini.

ISLAM DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

Republik Demokratik Congo (Democratic Republic of the Congo), dahulu terkenal dengan sebutan Zaire, Congo Free State, Belgian Congo, Congo/Leopoldville atau Congo/Kinshasa, untuk selanjutnya disingkat RDC. Ada dua hal yang membuat negara ini ‘mendunia’, yaitu ketika Joseph Mobutu Sese Seko menguasai negara tersebut secara diktator selama kurang lebih 32 tahun (1966-1998) dan ketika petinju legendaris Muhammad Ali bertarung melawan George Foreman pada tahun 1974, di mana Muhammad Ali memenangkan pertarungan keras tersebut.

RDC negara dengan luas seperempat Amerika Serikat, berbatasa dengan banyak negara, antara lain Angola, Burundi, Rwanda, Republik Afrika Tengah, Republik Congo, Sudan, Tanzania, Udanda dan Zambia. Luas wilayah RDC adalah 2.345.410 km2, beriklim unik: tropis, panas dan kering di sebelah utara, serta dingin di daerah selatan (pegunungan). Negara ini mempunyai penduduk cukup besar, yaitu sekitar 60.085.804 jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 2,98% per-tahu, angka kelahiran rata 44,38 per-1000 dan angka kematian 14,43 per-1000. Ada sekitar 200 etnik di RDC, namun suku terbesar adalah Bantu yang terbagi dalam sub suku Mongo, Luba, Kongo dan Mangbetu-Azande. Mayoritas masyarakat RDC penganut agama Katholik (50%), Protestan (25%), Kimbanguist (10%) dan Islam menjadi minoritas (10%). Bahasa nasional mereka adalah Perancis, di samping ada bahasa lokal Lingala, Kiswahili, Kikongo dan Tshiluba.

 Ekonomi
RDC sebenarnya sebuah negara yang dikaruniai Allah s.w.t. potensi kekayaan yang sangat luas, khususnya suberdaya alam. Namun potensi kekayaan ini berubah drastis sejak tahun 1980-an, karena korupsi dan sebagainya. Kondisi ini semakin parah ketika terjadi perang saudara yang dimulai sejak tahun 1998 dan menewaskan tidak kurang 3,5 juta penduduk (perang, kelaparan dan penyakit). Perang juga mengakibatkan ketidakpastian hukum dalam bisnis, akibatnya banyak investor yang hengkang keluar RDC. Sumberdaya manusia yang bermutu pun semakin banyak yang lari ke luar negeri, dan akibatnya fatal bagi RDC. Akhirnya pada tahun 2002, IMF dan Bank Dunia turun tangan memberikan bantuan, dan pemerintah RDC harus mengimplementasikan dalam bentuk reformasi ekonomi.
Jumlah angkatan kerja cukup banyak, sebagian besar (55%) diserap pertanian, industri 11% dan jasa 34%. Ekonomi tumbuh sebesar 7,5%, namun inflasi mencapai 14%, dan income per-kapita hanya mencapai US $ 700,-. Hasil tambang RDC meliputi berlian, emas, perak, seng, kobalt, tembaga, minyak, uranium, timah, mangaan, batubara, kayu dan hidropower. Sedangkan hasil pertaniannya berkisar pada kopi, gula, minyak nabati (sawit), karet, teh, tapioca, pisang, jagung, buah-buah dan produk kayu.
Komoditi yang diekspor meliputi berlian, tembaga, minyak sawit, kopi dan kobalt, senilai US $ 1,417 milyar, dengan negara tujuan Belgia, Finlandia, Amerika Serikat dan Cina. Sedangkan komoditi importnya adalah makanan, mesin untuk pertambangan, peralatan transportasi dan produk minyak senilai US $ 933 juta, berasal dari Afrika Selatan, Belgia, Perancis, Kenya, Amerika Serikat dan Jerman (Indonesia belum termasuk di dalamnya). Mata uang RDC adalah Congolese France (CDF) dengan nilai US $1,- = 401,04 CDF.

Sejarah Pemerintahan

RDC beribukota di KINSHASA (d/h Leopoldville), terbagi dalam 10 propinsi, memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada tanggal 30 Juni 1960.
Gelombang migrasi pertama di RDC dilakukan oleh suku Bantu Negro (Bantu/Pygmi) pada tahun 200 sampai dengan tahun 500 sebelum Masehi. Pada abad ke-5 Masehi, pembentukan masyarakat Bantu mulai berkembang di tepian sungai Lualaba di propinsi Katanga, membentuk suatu kebudayaan yang dikenal dengan  Upemba, dan pada akhirnya membentuk kerajaan Luba sampai dengan abad ke-15. Kerajaan Luba digantikan dengan kerajaam Kuba, konfederasi dari suku Luba, Leele dan Wongo hingga abad ke-19. Pada abad ke-15 di sekitar RDC juga berdiri Kerajaan Kongo yang meliputi sebelah barat daya RDC, Anggola dan Kabinda. Kerajaan ini memanfaatkan jual beli budak kepada bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa mulai melakukan eksplorasi di RDC pada tahun 1870 hingga tahun 1960. Orang Eropa pertama yang berjasa memetakan RDC adalah Henry Morton Stanley (Inggris) yang mendapatkan sponsor dari Raja Leopold II (Kerajaan Belgia). Pada akhirnya Belgia berhasil menguasai RDC dan memberikan nama Congo Free State. Oleh pemerintah kolonial Belgia, pada tahun 1908, nama Congo Free State diganti menjadi Belgian Congo. Belgia berjasa besar bagi RDC karena berhasil mengusir Italia, namun Belgia juga secara licik menjual hasil tambang ‘uranium’ RDC kepada Amerika Serikat, dan urnium tersebut diproses menjadi bom atom oleh Amerika Serikat, selanjutnya pada Perang Dunia Kedua tahun 1945 berhasil digunakan untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki Jepang.
Berkat kegigihan dan perjuangan bangsa RDC untuk memisahkan diri dari Belgia, maka pada tanggal 30 Juni 1960, RDC memperoleh kemerdekaannya, Joseph Kasavubu diangkat sebagai Presiden, sedangkan Patrice-Emery Lumumba (dari suku Batatele) diangkat sebagai Perdana Menteri. Beliaulah yang berjuang secara gigih untuk memerdekakan RDC, dan menamakan RDC sebagai Congo-Leopoldville. Namun pada perjalanan kariernya, Lumumba menjadi perpanjangan tangan (boneka) Uni Soviet, sehingga sangat dibenci Amerika Serikat. Akhirnya Lumumba disingkirkan. Krisis semakin menjadi-jadi, sehingga tentara multinasional PBB diminta untuk menjadi penengah. Tahun 1964, Morse Tshombe diangkat sebagai Perdana Menteri, dan pada pemilu tahun 1965, Tshombe memenangkannya, namun dikudeta oleh Letnan Jendral Mobutu Sese Seko, pada gilirannya, beliau mendeklarasikan diri sebagai Presiden. Setelah Mobutu berkuasa, RDC relativ damai dan stabil.  Namun Mobutu dianggap oleh HAM internasional banyak melakukan praktek pelanggaran hak azasi manusia,  repressif dan korup (mempunyai account di bank Swiss sebesar US $ 4 milyar). Pada awal kekuasaannya, Mobutu merubah nama ibukota Leopoldville menjadi Kinshasa, Stanleyville menjadi Kisangani dan Elisabethville menjadi Lubumbashi.  Dan puncaknya pada tahun 1971, Mobutu merubah Congo-Leopoldville menjadi Republic of Zaire. Seiring hancurnya Uni Soviet pada tahun 1990-an, Mobutu melonggarkan pemerintahannya, dan para opposan mendesak adanya perubahan.
Pada tahun 1996, meletuslah perang saudara di Zaire yang menewaskan jutaan manusia, dan pada akhirnya pemberontak yang dikomandoi oleh Laurent-Disire Kabila berhasil menguasai Zaire pada bulan Mei 1997, dan merubah nama Republik of Zaire menjadi Democratic Republic of The Congo. Walaupun Laurent Kabila telah berkuasa, pemberontakan tetap terjadi di RDC. Para pemberontak didukung oleh Rwanda, Burundi dan Uganda, pada akhirnya mengundang pasukan penjaga perdamaian yang beranggotakan Zimbabwe, Angola, Namibia, Chad dan Sudan. Pada tanggal 10 Juli 1999 diadakan gencatan senjata, dan berakhirlah perang saudara di RDC. Pada bulan Januari 2001, Laurent Kabila dibunuh oleh pengawalnya sendiri, dan putra beliau Joseph Kabila diangkat sebagai Presiden RDC yang baru. Pada pemerintahan Joseph Kabila, perdamaian benar-benar terjadi, karena adanya pembagian kekuasaan dan perdamaian dengan negara-negara tetangga, yaitu Rwanda, Burundi dan Uganda.

Perkembangan Islam di RDC
Tidak berbeda dengan Islam di Republik Afrika Tengah (RAT), ditengarai Islam masuk di RDC bersamaan ketika Islam masuk Chad pada abad ke-11, tepatnya ketika Kerajaan Kanem-Borno di bawah kendali Umme-Jilmi pada tahun 1085-1097. Tidak ada petunjuk khusus, siapa yang berjasa membawa Islam ke RDC.
Namun secara diam-diam, Islam berkembang secara signifikan di RDC. Gamal Lumemba Ramadan, Ketua Congolese National Islamic Council (CNIC) menyatakan bahwa Islam di RDC sebenarnya berjumlah 25% (15 juta)  dari seluruh penduduk RDC yang berjumlah sekitar 60 juta orang, bukan 10% sesuai data resmi pemerintah maupun CIA Worldfact.
Ummat Islam di RDC tetap berjuang untuk menegakkan Islam agar tetap diakui dan diperhatikan pemerintah, mereka menginginkan kondisi hidup yang lebih baik. Walaupun mempunyai pengikut besar, sampai saat ini, pemerintah RDC secara resmi belum mengakui keberadaan dan keikutsertaan mereka dalam peran-peran penting, baik dalam pemerintahan atau negara. Di level pemerintahan pun, ummat Islam di RDC sungguh menderita. Bayangkan dari 450 anggota parlemen hanya diwakili 3 (tiga) orang Islam. Tidak ada satu pun di RDC ummat Islam yang direkrut menjadi menteri, deputi menteri atau pun gubernur (bandingkan dengan Indonesia).
Ummat Islam di RDC masih kekurangan masjid, sekolah-sekolah Islam dan al-Qur’an. Tentu saja hal ini menjadi alarm bagi ummat Islam di seluruh dunia. Di Kinshasa hanya terdapat 14 masjid kecil untuk melayani 950.000 jama’ah, dan di seluruh negara hanya mempunyai 380.000 masjid dengan luas wilayah lebih dari 2 juta km2.
Yang paling menakutkan bagi para pemimpin Islam di RDC adalah, karena ketiadaan sekolah-sekolah Islam, maka mereka terpaksa menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-skeolah Katholik dan Kristen, dan tentu saja ini membahayakan keimanan mereka. Lebih menggenaskan lagi, karena ketiadaan biaya, mereka drop-out pada tingkat SLTP. Oleh karena itu, Ramadan menghimbau negara Arab dan masyarakat Islam internasional agar segera turun tangan memberikan bantuan.
Ketika terjadi perang saudara tahun 1997-1998, banyak orang Islam yang terbunuh, apalagi ketika Rwanda, Burundi dan Ugunda menyerbu RDC, mereka banyak membunuh orang-orang Islam.
Tokoh muslim lain di RDC adalah Al-Haj Mudilo-wa-Malemba S. (mantan Ketua CNIC) menyatakan bahwa dalam situasi sulit, ummat Islam di RDC masih bersemangat untuk menjadi khatib, guru dan pembimbing Islam bagi mereka yang membutuhkan. Malemba juga menyatakan bahwa ummat Islam di  RDC tidak mempunyai fasilitas infrastruktur secara mandiri seperti rumah sakit, pusat kesehatan, universitas, maupun sekolah-sekolah.
Dalam kesempatan konperensi pers, baik Malemba maupun Ramadan menyatakan bahwa secercah harapan masih diperoleh oleh ummat Islam di RDC. Secercah harapan tersebut diperoleh dari mass media, baik Radio maupun Televisi. Radio yang berjumlah 23 stasiun maupun televisi yang berjumlah 5 stasiun memberikan kesempatan (mengizinkan) seluas-luasnya kepada ummat Islam untuk menyampaikan dan mengembangkan dakwahnya di seluruh RDC.