Rabu, 13 November 2013

Mitos Hubungan Lemak Jenuh dan Penyakit Jantung yang Harus Diluruskan

ilustrasi (Foto: Thinkstock)
 Penyakit jantung erat dihubungkan dengan konsumsi lemak jenuh. Namun akhir-akhir ini, seorang ahli jantung di CroydonUniversity Hospital, London, menyerukan kepada penyedia layanan kesehatan untuk mengubah nasihat yang biasa diberikan pada pasien.

Adalah Dr Aseem Malhotra yang mengatakan bahwa risiko penyakit yang dikaitkan dengan konsumsi lemak jenuh terlalu dilebih-lebihkan. Padahal ada faktor lain seperti asupan gula yang diabaikan. Ia menulis dalam British Medical Journal bahwa kini sudah waktunya menghilangkan mitos bahwa lemak jenuh berperan besar dalam risiko penyakit jantung.

Sementara itu, The British Hearth Foundation mengatakan menurunkan kadar kolesterol dengan obat-obatan atau cara lain tidak menurunkan risiko penyakit jantung. Studi tentang hubungan diet dan penyakit juga menemukan pedoman bahwa lemak jenuh masih sehat untuk dikonsumsi dengan batas tertentu.

"Pemikiran bahwa lemak jenuh harus dihilangkan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular sudah mendominasi anjuran dan pedoman diet selama hampir empat dekade," kata Dr Malhotra, seperti ditulis BBC, Rabu (23/10/2013).

Dia menambahkan lemak jenuh yang dianggap berperan utama pada risiko penyakit jantung tidak sepenuhnya didukung bukti ilmiah. Misalnya kompensasi industri makanan yang menurunkan kadar lemak jenuh dan menggantinya dengan gula. Padahal menurut Dr Malhotra, gula juga memberi kontribusi pada penyakit jantung.

"Mengadopsi diet mediterania seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, minyak ikan, banyak buah, sayur, dan anggur merah setelah mengalami serangan jantung, tiga kali lebih kuat dalam mengurangi angka kematian daripada konsumsi statin," jelas Dr Malhotra.

Sementara itu, Prof Peter Weissberg, direktur medis British Heart Foundation mengatakan orang dengan kadar kolesterol tinggi memang berada pada risiko serangan jantung tertinggi. Menurunkan kolesterol dengan cara apapun, termasuk statin juga bisa menurunkan risiko penyakit jantung.

"Ada bukti jelas bahwa pasien yang sudah mengalami serangan jantung bisa mendapat keuntungan dari konsumsi statin. Tapi perlu dipadu dengan langkah penting lain seperti makan dengan gizi seimbang, tidak merokok, dan olahraga teratur," kata Prof Peter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar